Posts

MAPALA dan Kesan Pendakian Bukit Pawuluhan (Sebuah Catatan)

Image
foto:  Eko Sup Di pendakian keduaku ini aku tidak akan bercerita tentang Nik . Bukan beralasan aku sudah tidak lagi mendambakannya, atau sudah terkikis rasa yang pernah terbentuk oleh masa yang terus mengalir. Semua itu masih menggantung di atas kepala, terngiang di sisi pendengaran, tidak tahu akan sampai kapan. Sebab Nik telah tanpa sengaja membuat setangkai mawar merah yang telah memudar menjadi kecoklatan tiba-tiba merona merah kembali. Apa maknanya kau bisa menafsirkan sendiri. Usai. Cukup satu paragraf saja kusinggung ia. Selebihnya aku akan bercerita tentang salah satu hari penuh kesan yang pernah terjadi di hidupku. Dimulai dari detail pendek destinasi pendakian keduaku. Ialah Bukit Pawuluhan. Terletak di Klesem, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan. Berada pada ketinggian kurang lebih 1176 mdpl. Itu saja kukira sudah cukup memberi informasi padamu barangkali belum pernah ke sana dan ingin mendirikan tenda di atas rerumputannya. Aku adalah seseorang yang tanpa se

Reffaneda (Sebuah Catatan)

Image
  Sebuah Catatan Oleh Amir Muzaki Tidak menghitung ini perform ke berapa kali. Yang jelas dari awal sampai sekarang aku belum merasa bermain seperti gitaris idolaku, Ezra Mandira. Tapi lumayan bungah juga karena melihat rekaman video sebuah penampilan terkini. Dari rekaman itu aku sadar bahwasanya mendengarkan permainan musik sendiri itu berbeda rasa dengan mendengarkannya sembari memainkan dalam waktu yang sama. Bagi pemusik yang belum sadar, sadarilah sekarang. Sebelum kalian berputus asa karena selalu merasa tak becus bermain musik. Yah walaupun tak sejitu gitaris-gitaris idola kalian yang sudah maestro kayak Dewa Bujana, Andra Ramadhan, Eros Chandra, dan lain sebagainya, paling tidak ada perasaan bersyukur telah dianugerahi kecerdasan musikal. Sejak kecil aku senang musik. Waktu kecil impianku adalah manggung seperti grup band yang terkenal pada waktu itu seperti Peterpan, Radja, Ungu dan lain-lain. Sekarang impian manggung itu telah terwujud bahkan berkali-kali lebih banyak

Organisasi: Unsur Vital Kehidupan Mahasiswa (Sebuah Esai)

Image
Tulisan ini disusun untuk menjadi referensi dalam materi Keorganisasian MASTAKA STAIKAP 2019   DEFINISI ORGANISASI Secara bahasa, kata organisasi berasal dari bahasa Yunani  organon  atau dalam bahasa Indonesia diartikan “alat bantu”. Organisasi digunakan manusia sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan. Pengertian organisasi menurut Everett Rogers dalam  buku Miftah Thoha,  Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya , adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hierarki dan pembagian kerja (Thoha, 2003). Dari paparan di atas dapat dicermati ada beberapa hal yang menjadi unsur utama dan/atau perlu diperhatikan apabila ingin memahami entitas apa yang dimaksud sebagai organisasi; yakni sistem, individu, kerja bersama, tujuan, struktur, dan pembagian kerja. Individu (-individu) yang terkumpul dan berkait satu sama lain yang memungkinkan mereka melakukan kerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah

Nik 3 : Modus Operandi (Sebuah Cerpen)

Image
R encana ini sudah pasti tak terpikirkan oleh siapapun. Tak aneh ketika aku pagi-pagi sekali telah memanasi sepeda motor kemudian mengeluarkannya dari dalam bagasi. Seperti biasa pula aku mengunci semua pintu. Hanya lelaki tua tetangga samping rumah yang matanya mengikuti gerakku mulai dari depan garasi sampai lenyap di tikungan. Anak-cucunya pasti belum sedikitpun meriapkan mata meski pagi akan segera habis. Pukul 05.00 aku meluncur menuju kediaman orang yang kubidik nyawanya. Dengan mengenakan helm cakil hitam, menyisakan kedua mata, jaket kulit sewarna capucino. Satu lagi yang paling inti dari semua ini; sarung tangan. Andai tanpa halangan yang berarti, perjalananku akan berlangsung sekitar 15 menitan dengan melewati alun-alun, pasar tradisional, dan pusat keramaian lain. Di pinggir pasar tanpa sengaja aku mendapati seorang wanita tua penjual bebuahan di sisi seberang. Kuperlambat laju sepeda motorku. Lantas berhenti. Sejenak aku terpaku kepadanya yang tengah menata dagangan

Moderatkah Kita? (Sebuah Esai)

Image
Gambar diunduh dari belkedamaian.com, diedit oleh Merah Muzaki Latar Belakang Saya terpikir menuliskan ini karena teringat pernah ada yang menggaungkan sebuah hadits yang memang populer dan hadits tersebut sahih. Ialah hadits tentang terpecahnya umat. Orang Islam sebagian besar tahu bahwasanya Rasulullah pernah bersabda, “Umat Yahudi akan terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, Umat Kristen terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan pengikutku akan terpecah menjadi 73 golongan.” (Abu Daud, Kitab Sunnah, Bab 1, no. 4595 ) 1 . Di hadits lain disebutkan Rasulullah SAW bersabda, “Para Ahli Kitab akan terpecah menjadi 72 golongan, dan pengikutku akan terpecah menjadi 73 golongan. Mereka semua masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu mereka yang bersama jama’ah (Dr. Zaikir Naik mengartikan jama’ah sebagai tubuh utama umat Muslim).” (Abu Daud, Kitab Sunnah, Bab 1, no. 4596) 2 . Dalam riwayat lain disebutkan satu golongan tersebut ialah yang mengikuti Rasulullah dan Sahabat. Dan umat Muslim dis

Pesantren [dan] 4.0 (Sebuah Esai)

Image
sumber gambar : nupinggiran.com Mengapa pesantren? Pertanyaan tersebut serupa dengan yang dimunculkan oleh Kyai Said Aqil Siraj pada pembuka tulisannya, Kembali ke Pesantren . Akan tetapi berbeda dengan yang terkandung di sana, tulisan yang sedang Anda baca ini secara tidak langsung akan menjawab pertanyaan itu dengan satu sisipan isu terkini yang kemudian akan menjadi variabel yang lain, juga kemudian akan kita cari tahu bagaimana keduanya saling terkait? Isu tersebut ialah Revolusi Industri 4.0.   Pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan Islam yang tidak terikat pemerintah. Artinya pendidikan yang dijalankan lembaga ini termasuk ke dalam pendidikan non-formal. Meski begitu, jangan diragukan peran serta eksistensinya. Jika kita melihat secara mendalam maka akan nampak bahwa melalui pesantrenlah peradaban Indonesia warisan nenek moyang bangsa ini dapat terwariskan. Hal itu belum tentu bahkan tidak bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan lain. Pesantren disebut-sebut menj

Nik 2: Artifisial (Sebuah Cerpen)

Image
" Mengapa hanya kepada wanita tertentu saja laki-laki bisa jatuh cinta?" "Karena makna..." tegasku pada sosok wanita di depanku. Ia terpanggil karena sebuah kesepian. Meski tidak ada seorang pun percaya adanya kecuali pemilik kesepian itu. Ia selalu berkenan mengonggokkan wujudnya di saat aku merindukan “ dia ” yang nyata. "Sebuah makna tidak senantiasa ada pada setiap tatapan mata, pada upaya pendalaman rasa, ia cenderung tidak disengaja. Bahkan tidak diingini , sekalipun itu membahagiakan," lanjutku. "Apakah kau tidak mengingini perasaanmu kepada Nik?" "Ketika seorang manusia dengan atau tanpa sengaja menyakitimu tapi hatimu tak tahu dengan kebencian yang mana harus menghukumnya, dialah cinta sedalam-dalamnya cinta. Itu yang aku yakini." Lanjutku menceritakan, "Sebelum ini aku pernah jatuh cinta. Usai patah hati untuk pertama kali, rasanya tak bisa aku jatuh cinta lagi pada siapapun. Namun sebab kecintaanku pa