Mahakarja (Sebuah Cerpen)
Air muka Ali yang mengkilap berkilauan tersorot bias sinar sore. Diperhatikan sekarang wajahnya seringkali tak berseri. Seperti tengah sakit. Tapi orang-orang tak tahu apa yang baru saja dia kerjakan? Apakah tugas kuliahnya terlalu banyak? Atau jangan-jangan terlalu keras memikirkan kerjaannya yang-katanya- sering membikin stress? Atau... "Kau kenapa?" "Memangnya kenapa?" "Ndak... itu wajahmu kelihatan lesu sekali. Bercerminlah kalau tidak percaya." "Oh iya, aku lupa tadi tidak mampir SPBU, lalu masuk toiletnya. Padahal ada cermin di sana." Dahi Beni semakin mengernyit mendengar ini. "Sudahlah... aku tidak apa-apa. Aman... Aman..." katanya sembari menepuk bahu Beni dan berlalu menuju kantin. Kantin itu milik Pak Sur, malang nasibnya. Kantin yang seharusnya lebih mewah dari sekadar warung makan kecil dengan bangku dan kursi yang panjangnya sama. Gerobak kayu digelantungkan jajanan ringan limaratusan. Pantas