Posts

Moderatkah Kita? (Sebuah Esai)

Image
Gambar diunduh dari belkedamaian.com, diedit oleh Merah Muzaki Latar Belakang Saya terpikir menuliskan ini karena teringat pernah ada yang menggaungkan sebuah hadits yang memang populer dan hadits tersebut sahih. Ialah hadits tentang terpecahnya umat. Orang Islam sebagian besar tahu bahwasanya Rasulullah pernah bersabda, “Umat Yahudi akan terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, Umat Kristen terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan pengikutku akan terpecah menjadi 73 golongan.” (Abu Daud, Kitab Sunnah, Bab 1, no. 4595 ) 1 . Di hadits lain disebutkan Rasulullah SAW bersabda, “Para Ahli Kitab akan terpecah menjadi 72 golongan, dan pengikutku akan terpecah menjadi 73 golongan. Mereka semua masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu mereka yang bersama jama’ah (Dr. Zaikir Naik mengartikan jama’ah sebagai tubuh utama umat Muslim).” (Abu Daud, Kitab Sunnah, Bab 1, no. 4596) 2 . Dalam riwayat lain disebutkan satu golongan tersebut ialah yang mengikuti Rasulullah dan Sahabat. Dan umat Muslim dis

Pesantren [dan] 4.0 (Sebuah Esai)

Image
sumber gambar : nupinggiran.com Mengapa pesantren? Pertanyaan tersebut serupa dengan yang dimunculkan oleh Kyai Said Aqil Siraj pada pembuka tulisannya, Kembali ke Pesantren . Akan tetapi berbeda dengan yang terkandung di sana, tulisan yang sedang Anda baca ini secara tidak langsung akan menjawab pertanyaan itu dengan satu sisipan isu terkini yang kemudian akan menjadi variabel yang lain, juga kemudian akan kita cari tahu bagaimana keduanya saling terkait? Isu tersebut ialah Revolusi Industri 4.0.   Pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan Islam yang tidak terikat pemerintah. Artinya pendidikan yang dijalankan lembaga ini termasuk ke dalam pendidikan non-formal. Meski begitu, jangan diragukan peran serta eksistensinya. Jika kita melihat secara mendalam maka akan nampak bahwa melalui pesantrenlah peradaban Indonesia warisan nenek moyang bangsa ini dapat terwariskan. Hal itu belum tentu bahkan tidak bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan lain. Pesantren disebut-sebut menj

Nik 2: Artifisial (Sebuah Cerpen)

Image
" Mengapa hanya kepada wanita tertentu saja laki-laki bisa jatuh cinta?" "Karena makna..." tegasku pada sosok wanita di depanku. Ia terpanggil karena sebuah kesepian. Meski tidak ada seorang pun percaya adanya kecuali pemilik kesepian itu. Ia selalu berkenan mengonggokkan wujudnya di saat aku merindukan “ dia ” yang nyata. "Sebuah makna tidak senantiasa ada pada setiap tatapan mata, pada upaya pendalaman rasa, ia cenderung tidak disengaja. Bahkan tidak diingini , sekalipun itu membahagiakan," lanjutku. "Apakah kau tidak mengingini perasaanmu kepada Nik?" "Ketika seorang manusia dengan atau tanpa sengaja menyakitimu tapi hatimu tak tahu dengan kebencian yang mana harus menghukumnya, dialah cinta sedalam-dalamnya cinta. Itu yang aku yakini." Lanjutku menceritakan, "Sebelum ini aku pernah jatuh cinta. Usai patah hati untuk pertama kali, rasanya tak bisa aku jatuh cinta lagi pada siapapun. Namun sebab kecintaanku pa

Nikah? Begini Kata Jomblo Dhuafa... (Sebuah Opini)

Image
Opini oleh: A. Muzaki Perjuangan sepasang kekasih itu tidak berakhir di ijab-qobul , justru itu menjadi permulaan. Pernikahan akan dijalani sepanjang hayat. Dua sejoli akan menempuh kehidupan yang bernama rumah tangga. Makna dari rumah-tangga ialah tangga di dalam rumah. Tapi bukan tangga buat manjat genteng yang ditaruh di dalam rumah. Tangga di sini dimaknai secara filosofis. Seperti teman-teman tahu, bentuk tangga adalah seperti itu; terdiri dari handle (railing) dan anak tangga. Tangga adalah alat yang digunakan untuk menggapai tempat yang lebih tinggi, di sini berarti kehidupan sepasang suami-istri punya tujuan increasing (meningkat) dari yang kurang baik menjadi lebih baik dalam hal-hal terkait. Di antara anak tangga satu dengan yang lain terdapat space , ini melambangkan cobaan yang datang di sela-sela step atau pencapaian (anak tangga) yang dilalui. Sebuah tangga dapat berdiri kokoh hanya jika dua tiang di sisi kanan-kiri kuat. Dua tiang itulah suami dan istri. Kalau k

Mahasiswa Mau Minta Bantuan Buat Bayar UKT?

Image
Oleh : Amir Muzaki Mahasiswa perguruan tinggi (negeri) mau minta bantuan buat bayar UKT (uang kuliah tunggal)? Nggak salah tuh? Pendidikan di negeri ini makin miris saja. Sampai pendidikan harus tertatih, terseok berjalan membawa para generasi penerus bangsa menuju gerbang kemajuan. Memang sih kewajiban pemerintah perihal pengadaan dana pendidikan yang tertulis dalam UU Sisdiknas (Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional) hanya di rentang usia 7 sampai 15 tahun. Yang mana mencakup SD hingga SMP saja. Tapi pemerintah sudah ada tanggung jawab juga soal UKT ini. Terlepas dari bagaimana kondisi perekonomian negeri ini sekarang yang sedang merosot karena terdampak pandemi Corona Virus, pemerintah seharusnya tidak begitu saja mengorbankan sektor pendidikan. Karena tentu menjadi keinginan pemerintah dan seluruh masyarakat mempunyai kualitas pendidikan yang bagus. Mutu pendidikan pun merupakan tanggung jawab pemerintah. Kalau dalam hal pendanaannya diabaikan bagaimana mau tercapai keingi

Nik (Sebuah Cerpen)

Image
Bukan meniru, hanya terinspirasi oleh Fiersa, yang katanya menyembuhkan luka dengan "pergi". Namun, aku tidak sepenuhnya pergi. Setelah kemarin "ngalah", aku "ngaleh" sebentar untuk "ngamuk?"... Tidak. Terlalu dendamis yang satu ini. Padahal aku tidak sedikitpun membenci tanggapannya atas pernyataanku yang dengan lugu ungkapkan perasaan suka, membenci dirinya pun apalagi. Yang kulakukan adalah sebuah pekerjaan ikhlas dengan bayaran keindahan, bodohkah? Antara sedih dan bukan senang, melainkan sedikit bertekanan emosi ini. Telunjuk bersama ibu jariku mengait tangkai gelas berisi teh panas coklat kental. Usai lelah menertawakan kengenasan, dudukku segera beringsut dari bangku kayu membawa pergi segelas teh yang akhir-akhir ini rasanya lebih hambar dari air putih. Mungkin karena sejak pagi saja lamat rupa wajahmu sudah menyusup di dalam gumpalan kabut, Nik. Sehingga teras rumah ini kupikir bukan tempat yang tepat. Kemarin di kala gelap

Kuliah Harus Improve (Sebuah Opini)

Image
Opini Oleh: Amir Muzaki Berdasarkan kalender akademik kampus saya, sekitar 4 bulan lagi akan masuk semester ganjil. Kampus lain pun saya kira tidak jauh dari itu. Artinya mahasiswa semester 2 sekarang ini akan punya adik baru. Tidak sabar ya kamu? Fokus dulu saja dengan ujian akhir semestermu. Kerjakan dengan serius. Biar nanti adikmu bisa bangga punya kakak yang berprestasi. Tapi sampai sekarang Corona belum enyah dari tanah air kita. Perjumpaan dengan calon adik pun bisa jadi terhalang. Kabarnya pemerintah akan mengizinkan lembaga pendidikan membuka pembelajaran tatap muka hanya untuk daerah zona hijau. Lalu bagaimana ya nasib calon mahasiswa di tahun akademik baru ini? Tentunya tidak akan ada masa pengenalan untuk mahasiswa baru seperti biasanya? Secara kegiatan kumpul-kumpul dibatasi. Terus bagaimana mereka saling kenal? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin jawabannya hanya “longgarkan pembatasan”. Oke, saya tidak akan banyak membahas soal itu. Karena fokus pembicara