Posts

Cerita yang Sering Berakhir Keliru

Image
Dia tidak secerah dulu. Walaupun senyumnya masih terpancar dan kecupnya masih rutin menjelang bertolaknya ke tempat kerja. Jawabannya tidak pernah lain saat aku bertanya kenapa? "Tidak apa-apa," demikian sembari menyambar tasnya dan berlalu. Semenjak mendung bersarang di wajahnya, sudah tujuh kali tanya dan jawab yang sama itu saling melesat. Seperti pagi-pagi yang lain, hari itu aku menyiapkan pakaian yang hendak ia kenakan. Terkecuali akhir pekan. Ia akan menjalani tidurnya lebih lama. Apalagi ketika malamnya kami habiskan untuk menandaskan gairah. Kami berdua menempati rumah pemberian orang tua Dika. Terutama oleh ibunya, Dika dicurahi kasih sayang yang tiada sewajarnya. Sebagai anak semata wayang, perhatian ibunya tidak bisa lepas kepada Dika bahkan sampai ia telah empat bulan ini menjadi suamiku. Meskipun banyak hal dalam hidup Dika diatur ibunya, tapi tidak dengan pilihan pendamping hidup. Selama ini ia menyayangiku dengan segenap perasaan tanpa memandang apa yang kura...

Hampir Mati, dan Seks Menyelamatkanku

Image
Semua orang pusing. Ada-ada saja Si Kepala Suku. Mengeluarkan kebijakan pembatasan kelahiran di zaman purba begini. Apa sebagai pejantan dia tidak tahu, kalau menahan cairan kental agar tidak keluar pas tongkat sudah berada di dalam goa itu susah? "Wahai pejantan dan betina dari suku yang kita semua cintai! Wilayah kita ini sudah hampir sesak. Tapi kita harus tetap mempertahankan karakter suku kita yang ramah dan menerima semua orang yang datang menyambung hidup di sini," serunya suatu ketika dalam upacara peringatan Hari Paya-Paya. Dan dihelatlah sebuah pelatihan untuk para pejantan tentang bagaimana teknik jitu menahan ejakulasi. Sembari para tetua mencoba menemukan ramuan untuk menanggulangi kehamilan. Para pejantan berduyun-duyun mengikuti pelatihan itu di tanah lapang yang biasa dipakai untuk perayaan masal. Disajikanlah sebatang bambu yang di dalamnya terdapat dedaunan yang ditumbuk sampai lembut, lembut sekali, hingga teksturnya hampir menyamai liang kebetinaan. Me...

Rumah Penghakiman Orang Sesat

Image
Sesampainya aku di sana pagar besi telah terbuka. Kupikir di dalam pasti ada manusia. Aku melangkahkan kaki lamban usai menyingkap pagar yang belum terbuka penuh itu. Rerumputan di halaman rumah Riffan nampak baru dipangkas dengan amat rapi. Hijaunya yang segar mengitari pohon mangga yang menjatuhkan berlembar-lembar daun. Langkahku pelan namun menghentak. Sengaja agar ada orang yang keluar segera. Sudah seperti kanak-kanak menirukan cara berjalan tentara. Namun demi firasatku yang negatif aku tak hirau dan terus melakukannya. Langkah satu ke langkah berikutnya tak membuahkan hasil. Tak seorang pun manusia menyembulkan wujud barang sehelai rambut. Sampai di muka pintu mataku melihati sekitar, sejurus kemudian kedua tanganku kuletakkan seperti kaca mata kuda di tepi jendela sebelah pintu. Lalu kumajukan wajah hingga jidat menempel kaca. Aku ingin tahu ada siapa di dalam sana. Namun hitamnya kaca jendela rumah Riffan terlalu pekat untuk bisa diterawang setidaknya hingga ruang tamu. B...

Skripsiku

"Skripsiku akan jadi sebuah skripisi yang epic, punya tingkat novelty tinggi. Skripsi yang memadukan manajemen pendidikan dan komunikasi visual." Semangat dan keyakinan itu menyala saat obrolan pertamaku dengan kepala SMK tempat penelitian skripsiku dimulai. Ternyata rasa penasaranku ditanggapi dengan positif olehnya. Dan sedikit-banyak sudah aku perkirakan akan demikian tanggapannya atas masalah yang aku angkat. Pertama, ide. Pasti ada ide istimewa di balik tampilan papan reklame yang terpajang di sisi kiri jalan raya Pasar Banyurip. Sisi kiri, karena iklan punya SMK hanya bisa dilihat dari arah utara. Ide itu muncul melalui proses yang tidak sebentar. Kedua, tidak asal-asalan. Dan benar, bahkan setelah bercakap dengan kepala SMK, faktanya melebihi perkiraanku sebelumnya. Ada usaha serius dari kepala SMK sampai lahir tampilan reklame macam itu. Berbagai pelatihan diikutinya. Pengajarnya adalah para ahli branding yang sudah berpengalaman membranding produk-produk perusa...

Mengapa Tidak Biasa Saja?

[1] Di sisi lain aku ingin menjadi orang yang menjalani kehidupan dunia ini biasa saja. Katakanlah, lulus kuliah lanjut nikah. Atau lulus SMA, kerja, menikah. Dan di dalam keluarga yang terbentuk kemudian menjalani peran sebagai suami dengan sekadarnya dan sebagaimana mestinya. Bangun tidur, berangkat kerja, pulang kerja, menghabiskan prime time bareng istri. Ketika punya anak menggendong anak, merawatnya bersama-sama. [2] Bukannya seperti sekarang yang berkeliaran kesana-kemari. Bertemu orang-orang dan bersama mereka ingin mewujudkan mimpi yang abstrak, yang bahkan itu sulit. Serta, bukannya seperti sekarang yang menghabiskan hari demi hari menjalani pekerjaan yang menyita kesehatan mental. Kau yang membaca ini pasti heran dan sedikit kesal; kalau tahu semua keburukannya, kenapa masih dilakukan? [1] Sebagaimana yang--bapak-bapak, lelaki biasa saja--pikirkan. Bahwa yang terpenting keluarganya bahagia. Bisa makan cukup setiap harinya. Dengan itu maka harus bekerja keras demi kelua...

Tempat Kerja Abnormal

Sisa uang akhir bulan (pada nyatanya sih sudah awal bulan, hanya saja aku anggap akhir bulan biar senada dengan umumnya kondisi keuangan karyawan yang sudah tidak sabar menunggu gajian) tinggal 30.000. Kuota internet hampir tandas. Aku sekarang sedang membolak-balikkan otak. Alih-alih mikir berapa giga yang mau dibeli, pikiran bingung mau beli apa ngga? Dari banyak angka di kalender, mataku tertuju hanya pada angka 9 di kolom Juni. Dan sedikit melirik angka 10, 11, sampai 15. Kenapa tidak lebih? Kalau sampai lebih dari 15 Bosku kebangetan. Bukan kami karyawannya saja yang menilai. Ia juga pasti merasa begitu. Sebetulnya Si Bos tidak ingin molor waktu memberikan bulanan kami. Tapi karena memang keuangannya sedang tidak lancar. Tidak banyak pemasukan. Untuk operasional kantor saja beberapa karyawan terpaksa mengeluarkan talangan. Karena mendesak terkait pekerjaan yang sudah dikejar-kejar client. Termasuk aku. Kalian yang pikirannya normal pasti menganggap itu tindakan yang tidak pe...

Diumpamakan Air

Persis seperti air, pemikiran orang itu tergantung pada di mana ia sedang singgah. Dan segala sesuatu yang diumpamakan seperti air seringnya baik. Akan tetapi sepertinya juga tidak. Tadi malam aku berbincang dengan seseorang yang merupakan ketua sebuah organisasi. Aku mengenalnya sudah cukup lama dan sedikit-banyak dapat mengamati karakter laki-laki yang secara keseluruhan berkepribadian sangat baik itu. Ia teramat cerdas khususnya dalam perihal organisasi. Sebuah organisasi sekecil apa pun itu pasti menuntut keterampilan manajerial yang bagus. Apalagi jika jabatan yang disandangnya adalah ketua. Organisasi yang sekarang sedang ia pimpin adalah dalam naungan tokoh besar nasional yang memiliki kedekatan dengan pemerintah pusat (baca: presiden). Bertolak dari situlah mungkin jalan pemikirannya sekarang. Sehingga, aku--yang sedari awal sudah ia pantik dengan topik hangat yakni yang kebetulan menyangkut pemerintah pusat--memilih diam walaupun dalam hati menginterupsi. Aku perjelas ...