Diumpamakan Air
Persis seperti air, pemikiran orang itu tergantung pada di mana ia sedang singgah. Dan segala sesuatu yang diumpamakan seperti air seringnya baik. Akan tetapi sepertinya juga tidak.
Tadi malam aku berbincang dengan seseorang yang merupakan ketua sebuah organisasi. Aku mengenalnya sudah cukup lama dan sedikit-banyak dapat mengamati karakter laki-laki yang secara keseluruhan berkepribadian sangat baik itu.
Ia teramat cerdas khususnya dalam perihal organisasi. Sebuah organisasi sekecil apa pun itu pasti menuntut keterampilan manajerial yang bagus. Apalagi jika jabatan yang disandangnya adalah ketua.
Organisasi yang sekarang sedang ia pimpin adalah dalam naungan tokoh besar nasional yang memiliki kedekatan dengan pemerintah pusat (baca: presiden). Bertolak dari situlah mungkin jalan pemikirannya sekarang. Sehingga, aku--yang sedari awal sudah ia pantik dengan topik hangat yakni yang kebetulan menyangkut pemerintah pusat--memilih diam walaupun dalam hati menginterupsi.
Aku perjelas saja, topik itu adalah "pemberian izin tambang kepada ormas". Baru-baru ini aku memang beberapa kali mengutip tulisan-tulisan yang menyatakan penolakan atas kebijakan pemerintah pusat itu. Aku belum memiliki argumen sendiri, akan tetapi argumen-argumen penulis yang kukutip sudah mewakili pikiranku, yang sampai saat ini menaruh perhatian pada penurunan kualitas lingkungan hidup.
Banyak hal mengapa izin pengelolaan tambang kepada ormas tidak semestinya diberikan. Semuanya make sense menurutku. Tapi tidak menurut kawanku tadi. Argumennya logis, hanya saja ada perbedaan perbedaan perspektif denganku yang kontra, yang barangkali bisa saja ia pakai perspektif ini, namun tidak demikian karena ia adalah air.
Untuk diketahui, sebetulnya kami sama-sama menempati wadah tersebut. Hanya saja, mungkin aku ini api yang konsisten, begitu-begitu saja. Entah di dalam gelas atau di dalam ember.
Comments
Post a Comment