Posts

Mau Beli Gitar Lagi

Aku mau beli gitar, dan bikin lagu lagi seperti dulu. Dulu, 2014 itu. Waktu jatuh cinta adalah makrokosmos itu sendiri. Duka-laranya jujur. Membentang jarak seribu mil antara hati dan birahi. Jelas beda dengan sekarang. Ngga tahu bakal gimana jadinya lirik lagu yang pasti bakal disusupi sastra profetik Kuntowijoyo, fragmen sosial Seno Gumira, beratnya filsafat-filsafat yang dinukil Goenawan Mohamad, dan barangkali juga satire khas Emha Ainun Najib. Atau yang lain aku tidak tahu. Pilihan progresi chordnya pun jangan sampai sama seperti dulu. Dengan dukungan tutorial Youtube yang sudah meluas, tentu bisa diusahakan bunyi-bunyi yang tidak standar. Namun, aku takut kalau-kalau nanti tercetus lirik yang semacam Pidi Baiq buat untuk lagu Sudah Jangan ke Jatinangor . Di masa jelang tiga dekade ini janganlah lagi ada air mata, baik dari perempuan atau laki-laki.

Menggali Informasi

Akhirnya berdua saja, aku dan satu orang teman sepakat bertemu di angkringannya Karin, gadis cantik yang tutur serta geriknya santun. Dari angkringan kami langsung menuju sekretariat GP Ansor Bligo. Di sana sudah ramai orang menunggu kedatangan kami. Sampai disuguh martabak segala. Jadi merepotkan. Sebagai orang yang masih sah sebagai kader Ansor-meskipun tidak aktif berkegiatan, aku tidak begitu berjarak dengan kawan-kawan di sana. Jadi, meskipun dikelilingi orang-orang baru, aku bisa bersikap cukup santai. Mula-mula aku memperkenalkan diri dan Komunitas GUSDURian. Lalu, kuutarakan maksud kedatangan kami yaitu pertama silaturami dan kedua memohon informasi terkait kondisi pengelolaan sampah di Desa Watusalam dari sudut pandang GP Ansor. Latar belakang mengapa aku "melirik" Watusalam adalah TPS yang sampahnya kian menggunung di kiri jalan setiap aku berangkat kerja. Aku penasaran sebenarnya apa yang menjadi problemnya? TPS tersebut adalah TPS3R yang awalnya difungsikan sekita...

Revolusioner vs Kesadaran Individual

Sekolah "Jagat" 30% tentang lingkungan, 70% tentang aktivisme. Demikian aku membuat prosentase muatan sebuah pelatihan yang diselenggarakan oleh Seknas Jaringan GUSDURian, Yogyakarta bulan lalu itu. Sempat aku membeli buku berjudul The Art of Listening karya Erich Fromm yang aku kira akan bisa memberikan pemahaman kepadaku bagaimana mendengarkan yang baik. Buku itu sampai sekarang tidak kembali setelah dipinjam temanku. Dan aku tidak menanyakannya karena pertama isinya susah dipahami. Kedua, karena tidak sesuai dengan harapanku di atas ketika membeli buku tersebut. Keinginanku memperoleh skill mendengarkan lalu tidak kukejar. Sampai ketika Sekolah Jagat digelar aku seperti mendapatkan sesuatu yang tertunda selama lima tahun. Teorinya disebut level of listening . Aku tidak akan membeberkannya di tulisan ini. Kalau memungkinkan bisa di tulisan lain. Karena aku ingin lebih menyinggung Sekolah Jagat dan keterkaitannya dengan apa yang aku alami sebelum dan sesudahnya. Baru saja t...

Senin, Selasa, Sedih

Mengapa ya harus ada perasaan sedih? Demikian sedihnya sehingga aku memikirkan hal itu. Padahal ada hal lain yang pasti mendesak untuk dipikirkan. Jadi, dua hari lalu, pagi-pagi langit sewarna kain bernoda. Keruh. Namun tak menurunkan satu tetes air pun. Aku memandanginya di teras sebuah rumah sakit. Ibuku di ruang IGD. Bapakku sudah turut masuk ke sana. Aku menunggu di luar. Langit pandai meningkahi perasaanku yang bahkan tak kuungkap. Saat aku sedang terpaku di kursi kayu dengan alas duduk busa dekat meja security, temanku mengirim chat berisi video tempat kerja barunya. Aku menjawabnya dengan melempar candaan, "Sekarang kerjanya sudah enak, ya." Baru empat hari ia tidak lagi menjadi teman kerjaku. Entah kenapa aku kehilangan momen-momen yang pernah kami lewati bersama. Waktu temanku (ada beberapa) yang lain dulu meninggalkan kantor, aku tidak merasa sesedih ini. Sampai-sampai tak kuasa menahan air mata. Entah kenapa. Pasti ada hal yang istimewa. Sependek ingatanku, ialah t...

Jangan-jangan

Tadi pagi temanku chat ke WA, "Aku mau nikah!". Responku kaget. Karena aku tidak pernah tahu kalau selama ini dia sudah punya calon istri. Perasaanku sedih karena akan "ditinggal" teman seperjuangan. Tapi sebagai teman tentu saja aku senang. Bagiku, detik ini pernikahan adalah sebuah mimpi tentang membangun sistem sosial yang orang menyebutnya keluarga, dengan ideal sebagaimana versiku. Di dalamnya ada seorang bapak, seorang ibu, dan anak-anak berjumlah antara 4-5 orang dengan komposisi perempuan lebih banyak dari laki-lakinya. Karena sebagai mimpi, jarak antara pernikahan dengan aku sendiri itu jauh. Bahkan secara berlebihan mungkin berada di galaksi yang berbeda. Apa jangan-jangan karena aku hidup di Indonesia--negeri yang aku cinta ini--lebih spesifik lagi di Pekalongan--kota yang menyaksikan pertumbuhanku? Setahuku Indonesia kaya sumber daya alamnya. Indonesia menyimpan gunung emas. Bayangkan! Gunung tapi emas! Sayang sekali emasnya sudah dikeruk dan dibawa ke n...

Sedikit Kaget

Beberapa kawan penggerak Komunitas GUSDURian Pekalongan--paling tidak yang sudah masuk di grup WA--Kamis kemarin (13 Februari) tidak ikut meramaikan Haul Gus Dur ke-15 yang diadakan UIN KH Abdurrahman Wahid. Di antara kawan tersebut ada dua yang alumni kampus itu. Aku tidak tahu persis alasan mereka apa. Tentu bisa bermacam-macam, bisa jadi karena jarak dari rumah ke sana yang jauh. Namun, jarak tidak akan jadi penghalang kalau ada semangat yang tinggi. Bisa jadi juga alasan berikut ini. Dari apa yang telah aku pahami selama bergumul dengan pikiran kedua orang kawan tersebut, seperti ada sesuatu yang selalu menahan langkah mereka untuk hadir dalam aktivitas GUSDURian di kampusnya sendiri itu. Sekali lagi, sekadar bisa jadi, bisa jadi ada pengalaman tidak elok yang mereka rasakan selama menjadi aktivis mahasiswa dulu. Idealisme mereka tidak menemukan kecocokan terhadap kampus sebagai institusi. Entah. Sedang aku yang tidak berasal dari sana kadang merasa sebagai orang asing. Beruntung d...

Jose

Lima hari yang lalu aku "bertemu" dengan Jose. Nama yang unik aku pikir. Dia tinggal di Purwokerto. Dari percakapan lewat tulisan aku dapat menerka seperti apa sifatnya. Menyenangkan, terbuka, dewasa, dan satu lagi, aku menerkanya dari postingan instagram; Jose itu perempuan yang royal. Benar atau salah aku tidak tahu. Karena ini sebatas penilaian dini. Tapi misal benar, semoga yang terakhir itu ngga banyak ya, Jose. Hehehe. Meski jujur aku tidak masalah dengan sifat royal itu. Bahkan di sisi khusus aku menyukai. Semisal: entah akan terjadi atau tidak, entah bagaimana caranya, aku ingin mempunyai mobil pribadi . Aku sering membayangkan pergi bersama istriku kelak dengan mobil. Tentu tidak selalu. Kami juga akan punya sepeda motor untuk pergi ke tempat yang tidak begitu jauh atau ketika mobil kami sedang saatnya tidak dipakai. Dan sebagai orang yang peduli dengan kelestarian alam kami juga harus punya sepeda. Tapi, aku bercermin melihat kembali diriku sekarang. Berapa banyak...