Jose
Lima hari yang lalu aku "bertemu" dengan Jose. Nama yang unik aku pikir. Dia tinggal di Purwokerto. Dari percakapan lewat tulisan aku dapat menerka seperti apa sifatnya. Menyenangkan, terbuka, dewasa, dan satu lagi, aku menerkanya dari postingan instagram; Jose itu perempuan yang royal. Benar atau salah aku tidak tahu. Karena ini sebatas penilaian dini. Tapi misal benar, semoga yang terakhir itu ngga banyak ya, Jose. Hehehe.
Meski jujur aku tidak masalah dengan sifat royal itu. Bahkan di sisi khusus aku menyukai. Semisal: entah akan terjadi atau tidak, entah bagaimana caranya, aku ingin mempunyai mobil pribadi. Aku sering membayangkan pergi bersama istriku kelak dengan mobil. Tentu tidak selalu. Kami juga akan punya sepeda motor untuk pergi ke tempat yang tidak begitu jauh atau ketika mobil kami sedang saatnya tidak dipakai. Dan sebagai orang yang peduli dengan kelestarian alam kami juga harus punya sepeda.
Tapi, aku bercermin melihat kembali diriku sekarang. Berapa banyak pendapatan sebulan? Di bagian ini aku tidak yakin Jose menerimaku. Meskipun dia "menyukaiku" namun sampai tulisan ini ditulis aku belum menanyakan kenapa dia "menyukaiku"?
Belum lama kami bercakap lewat Whatsapp, Jose mengungkapkan prinsipnya tentang pernikahan. Dan aku tersenyum-senyum sendiri menyimak satu per satu kalimat yang ia lontarkan. Aku membalasnya, "Jose keren!".
[11/2 22.24] Jose: Nikah itu gampang
[11/2 22.25] Jose: Gratis
[11/2 22.25] Jose: Yg mahal biaya gengsinya
[11/2 22.25] Jose: Dr pada buat perayaan pernikahan mending buat beli rumah.
Secara fisik aku menyukainya karena ia tinggi. Kalau kata orang Jawa "gedhe-dhuwur". Dan yang pasti cantik. Ada orang menilai laki-laki (apalagi untuk ukuran umum tidak begitu rupawan) yang menjadikan fisik sebagai acuan memilih calon perempuannya adalah laki-laki ngga sadar diri, sok ganteng, dan seterusnya. Tapi apa salahnya seorang laki-laki menginginkan perempuan yang baik pemampilannya? Retorika aja. Ngga usah dijawab. Hhhh.
Selain itu aku menyukai tempat asal Jose, Purwokerto. Kota yang terdengar menarik bagiku setelah Jogja. Kenapa? Karena di sana ada kampus-kampus besar macam UNSOED, UIN SAIZU, UMP. Artinya, secara peradaban manusia Purwokerto maju. Keuskupan Katolik juga di sana. Paroki Katolik di Pekalongan (dan beberapa daerah lainnya) ada di bawah keuskupan Purwokerto. Jadi, Purwokerto punya keistimewaan karena punya uskup. Kalau Jose tahu aku membicarakan agama non-Islam sejauh itu, apa dia akan ilfeel ya?
Demikian aku sebagai GUSDURian mengungkapkan betapa dekatnya dengan agama non-Islam. Khususnya Katolik. Karena banyak hal baik dapat dipetik dari orang-orang Katolik. Terlebih para pimpinan atau pastornya.
Lalu, kalau main cocoklogi aku menemukan beberapa kecocokan. Pertama, Soekarno. Jose pasti bertanya, kenapa Soekarno? Aku kira orang seperti Jose tidak begitu mengikuti hal-ihwal menyangkut Presiden RI pertama ini.
Ceritanya begini. Satu minggu terakhir aku sedang membaca buku autobiografi berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Dalam bab pertama buku itu diungkapkan bahwa:
...dan- melebihi dari segala-galanya -ia (Soekarno) cinta kepada dirinya sendiri.
Aku memfotokan halaman yang memuat kata-kata itu, kukirim ke Jose setelah ia berpanjang lebar menjelaskan prinsip hidupnya, dan salah satunya bagaimana ia "mencintai diri sendiri".
Masih Soekarno. Semalam aku cari tahu tentang Purwokerto lewat Youtube. Di video yang aku tonton menampilkan perjalanan beberapa orang di kota Purwokerto. Satu di antara destinasi wisata yang mereka kunjungi ialah Menara Teratai. Di dalamnya ada 5 lantai. Dan pada lantai 2 berisi sebuah coffee shop bertajuk Soekarno Circle.
Kedua, prinsip tentang pernikahan. Jose dan aku punya kesamaan (atau sekadar kemiripan) dalam hal ini. Aku pernah menuliskan di status Facebook: "nikah itu ngga ada faedah kalau orientasinya penyaluran syahwat secara halal". Jose sendiri dalam obrolannya denganku pernah menyinggung (atau mengecam?) mereka yang buru-buru menikah karena ingin bersenggama dengan halal.
Ketiga, Jose follower Instagramku ke-250. Angka genap yang populer. Aku mengartikan Jose sebagai suatu hal yang menggenapi. Jika ia jodohku akan menggenapi mimipi-mimipiku. Menggenapi kisah hidupku. Amin.
Comments
Post a Comment