Menggali Informasi
Akhirnya berdua saja, aku dan satu orang teman sepakat bertemu di angkringannya Karin, gadis cantik yang tutur serta geriknya santun.
Dari angkringan kami langsung menuju sekretariat GP Ansor Bligo. Di sana sudah ramai orang menunggu kedatangan kami. Sampai disuguh martabak segala. Jadi merepotkan.
Sebagai orang yang masih sah sebagai kader Ansor-meskipun tidak aktif berkegiatan, aku tidak begitu berjarak dengan kawan-kawan di sana. Jadi, meskipun dikelilingi orang-orang baru, aku bisa bersikap cukup santai.
Mula-mula aku memperkenalkan diri dan Komunitas GUSDURian. Lalu, kuutarakan maksud kedatangan kami yaitu pertama silaturami dan kedua memohon informasi terkait kondisi pengelolaan sampah di Desa Watusalam dari sudut pandang GP Ansor.
Latar belakang mengapa aku "melirik" Watusalam adalah TPS yang sampahnya kian menggunung di kiri jalan setiap aku berangkat kerja. Aku penasaran sebenarnya apa yang menjadi problemnya?
TPS tersebut adalah TPS3R yang awalnya difungsikan sekitar tahun 2021. Anggarannya dari pemerintah daerah lewat program 'Kotaku'. Pengelolaannya digawangi BUMDESMA yang mencakup 7 desa di kecamatan Buaran. Jadi, TPS3R tersebut digunakan untuk mengelola sampah yang berasal dari 7 desa. Setiap rumah yang mau memakai jasa pembuangan sampah dikenai biaya sekian rupiah.
Seiring waktu kendala muncul. Yang paling kentara adalah pembiayaan untuk maintanance alat pemilah sampah dan alat lainnya di sana. Lama-lama mangkrak dan pemilahan sampah pun tidak ada lagi. Hingga sampah rumah-rumah di desa Watusalam dan sekitarnya diambili saja (kebanyakan oleh tenaga lepas) dan dibuang di situ tanpa dikelola seperti yang dilakukan oleh BUMDESMA dulu. Sering pula masyarakat yang berasal dari mana entah dengan entengnya melemparkan sampahnya sambil lewat TPS tersebut.
Dalam hatiku, sebenarnya tidak perlu sebesar ini penyambutan dan "majelisnya". Tapi terima kasih banyak sahabat-sahabat Ansor. Yang terpenting tidak kemudian menaruh harapan lebih saja atas apa yang akan kupaparkan berikut.
Setelah para sahabat Ansor menyampaikan apa yang diketahui perihal problem pengelolaan sampah di desanya, aku kemudian menyambung dengan apa yang GUSDURian lakukan di Sekolah Jagat, Yogyakarta. Yakni bagaimana agama punya peran dalam mendorong perubahan sosial di ranah ekologi.
Comments
Post a Comment