Revolusioner vs Kesadaran Individual

Sekolah "Jagat" 30% tentang lingkungan, 70% tentang aktivisme. Demikian aku membuat prosentase muatan sebuah pelatihan yang diselenggarakan oleh Seknas Jaringan GUSDURian, Yogyakarta bulan lalu itu.

Sempat aku membeli buku berjudul The Art of Listening karya Erich Fromm yang aku kira akan bisa memberikan pemahaman kepadaku bagaimana mendengarkan yang baik. Buku itu sampai sekarang tidak kembali setelah dipinjam temanku. Dan aku tidak menanyakannya karena pertama isinya susah dipahami. Kedua, karena tidak sesuai dengan harapanku di atas ketika membeli buku tersebut.


Keinginanku memperoleh skill mendengarkan lalu tidak kukejar. Sampai ketika Sekolah Jagat digelar aku seperti mendapatkan sesuatu yang tertunda selama lima tahun. Teorinya disebut level of listening. Aku tidak akan membeberkannya di tulisan ini. Kalau memungkinkan bisa di tulisan lain. Karena aku ingin lebih menyinggung Sekolah Jagat dan keterkaitannya dengan apa yang aku alami sebelum dan sesudahnya.


Baru saja telah aku ceritakan pengalaman sebelumnya yang terkait. Sedangkan sesudah Sekolah Jagat, tepatnya hari ini, melalui Kuntowijoyo dalam esainya SI-Putih, SI-Merah, dan Pembaruan Pemikiran Islam aku teringat bagaimana aktivisme peserta pelatihan itu ingin dibentuk. Khususnya dalam menyikapi isu-isu sosial dan kemudian membuat gerakan-gerakannya.


Salah satu fasilitator bilang, bagi teman-teman yang "revolusioner" mungkin tidak terbiasa dan tidak terlalu sabar mempraktikkan mindfullness atau stillness yang mana selama tiga hari Sekolah Jagat hal itu menjadi concern. Setiap harinya kami berdiam diri memejamnkan mata dan merasakan napas yang keluar masuk dalam tubuh. Lalu, apa hubungannya dengan esai tadi?


Terlepas dari tepat atau tidak, aku menemukan kontradiksi gerakan SI-Merah dan SI-Putih dalam esai itu yang punya keterkaitan dengan karakter peserta Sekolah Jagat seperti yang dibilang fasilitator di atas. 


Gerakan SI-Merah ingin mengubah struktur masyarakat dengan memodifikasi birokrasi, front persatuan, dan mobilisasi massa. Pokoknya revolusioner. Sedang SI-Putih tergantung pada kesadaran individual. Namun keduanya sama-sama bertujuan untuk rekonstruksi sosial.


Praktik mindfulness atau stillness adalah untuk melatih kesadaran individu. Dan aku jadi tahu kenapa fasilitator mengatakan, bagi yang revolusioner akan tidak sabar-sekali lagi terlepas tepat atau tidak tepat- karena karakter revolusioner adalah karakter jenis SI-Merah atau gerakan komunisme pada waktu itu.


Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Keusilan Hujan

Baskara dan Suicide Idea