Mahakarja #3 (Sebuah Cerpen)
PUKUL 9 malam suasana telah sunyi lagi sepi. Di depan gedung kampus yang satu-satunya ini, aku terpikir untuk mengingat sekarang KKN* hari ke berapa. Dan ternyata sudah selesai. Empat puluh lima hari sudah aku memikirkan tentang KKN. Mulai dari merencanakan (kegagalan), mengadu malu, sampai rupiah 900 ribu yang tidak ada artinya. Empatpuluh lima hari itu pula yang telah terlewati tanpa ada satu tanda bahwa aku ini sedang KKN. Sampai dua minggu yang lalu dosen pendamping melakukan pantauan pada mahasiswa, dan aku cuma bisa melaporkan “aku tidak ngapa-ngapain”. Sedikit curhat ini. Bukan maksudku mengabaikan satu hal penting macam KKN. Hanya saja aku bukan tipe orang yang gampang menyesuaikan (dengan hal yang enggak aku banget ). Dan mengapa pula KKN mesti sendiri-sendiri di desa sendiri? Aku sudah terasing dari lingkungan sejak pertama tinggal di rumah sekarang. Ada yang bilang aku introvert; abai; aneh; dan aku yakin di sana ada yang mengatakan “pemalas”. Tidak salah kok. Pemalas lah