Posts

Showing posts from October, 2024

Macan Kumbang Betina

Image
Cepek dapat apa? Si Meme yang montok itu sudah jelas ngga mungkin. Mbak Susi juga sudah ngga mau." Telunjuknya dengan pelan menggeser ke atas foto-foto wanita yang mengiklankan jasa "ranjang" di facebook. Matanya dituntut cermat agar tidak melewatkan harga yang cocok dengan isi kantong. Susah memang mencari satu postingan yang menarif seratus ribu sekali main. Pernah ia menawar, "setengah mainan ngga apa-apa deh . Udah kebelet." Jelas saja ditolak. Mana ada jasa ranjang yang setengah mainan? Apa kalau sudah mau klimaks ditahan biar ngga keluar? Tapi tidak selamanya kantongnya tandus. Terkadang kalau kacang atau ubi rebus yang ia jajakan keliling alun-alun ludes, dua malam berturut-turut, lima ratus bisa ada di kantongnya. Dengan uang sebanyak itu pilihan teman kencan jadi lebih bervariasi. Dan tentu saja minim penolakan. Hanya, karena pilihan banyak, ia pun kebingungan. Ada yang sintal, ada yang tobrut , yang kurus tapi putih cantik semampai serup...

Baskara dan Suicide Idea

Jumat kemarin temanku mengirimi link lagu Hindia untuk mengomentari status WA-ku tentang kesuksesan. Hindia adalah grup musik yang digawangi seorang vokalis bernama Baskara. Aku ngefans suara berat Baskara. Tapi, mungkin hanya di satu lagu Rumah ke Rumah.  Itu pun versi klipnya. Suaranya di live beda, euy. Maksudnya, ngga sebagus seperti di klip. Jadi, lagu Hindia yang mana? Sebentar. Aku mau mengutarakan dulu mumpung lagi bahas Hindia / Baskara. Tentang Rumah ke Rumah . Karena lagu itu membekas banget dalam pikiranku. Musiknya sederhana tapi ngena. Liriknya? Apalagi. Nama-nama perempuan disusun menjadi lirik lagu dan akhirnya nama-nama yang tidak hanya satu atau dua buah itu bisa dihapalkan juga. Menurutku part terbaiknya ini... Maaf jika ku sering buat susah Indisya, Panda, Anggra, Caca, Sismita ..... Oke. Judul lagu yang temanku sukai dan menggambarkan definisi kesuksesan ala dia adalah Janji Palsu. Diksi dalam liriknya kurang enak. Tapi, di balik itu ada sesuatu yang menar...

Bernadya dan Kesehatan Mental

Bernadya. Tentu saja orang tuanya memberikan nama itu tidak untuk membuat kita terheran dan menilainya sebagai nama yang unik. Orang tuanya juga pasti tidak mengira kalau Bernadya kecil akan tumbuh menjadi remaja yang sukses seperti sekarang. Sang anak sendiri tidak mengira pasti. Dan ia tidak sengaja membikin kita protes, kenapa anak remaja kelahiran 2004 sudah sukses? Kita yang dimaksud adalah orang-orang yang sudah berusia minimal sepuluh tahun lebih tua dari Bernadya. Kita juga bertanya, kenapa kesuksesan tidak pakai antrian usia saja, sih? Kasihan, lho, kita yang sudah hidup tiga puluhan tahun tapi punya penghasilan UMR saja belum. Akhirnya harus utang untuk memenuhi beberapa keperluan. Lalu, yang belum nikah mau nikah kesulitan karena butuh modal banyak. Punya pekerjaan tetap, berpenghasilan UMR atau lebih, menikah dan membangun keluarga bahagia adalah bayangan kondisi ideal seseorang dalam usia 30-an. Tulisan saya ini hanya mewakili kita. Dan kita tidak berlebihan kalau merasa p...

Mimpi

Padahal sekarang jarang sekali aku bermimpi sampai apa yang ada di dalam mimpi itu masih teringat dengan gamblang ketika telah sadar. Aku diserap ke dalam sebuah situasi yang membuat rindu akan masa kecil. Tapi mimpinya bukan menjadi anak-anak. Lebih ke merenungkan tentang waktu. Kalau dalam lagunya Dewa 19, karena waktu yang bengis terus pergi. Demikian yang menjadi sedihnya. Setting mimpinya ialah rumah masa kecil. Dalam mimpi itu aku duduk di teras sisi utara yang dalam ingatan masih tergambar jelas bagaimana rupanya. Lantai hijau yang memudar dan pohon rambutan kecil. Jujur, membayangkannya membuat air mata berdesakan ingin keluar. Transisi dari mimpi kepada sadar begitu halus. Efeknya kuat sampai rasa kantuk hilang sama sekali. Perlahan aku membuka mata dengan kesedihan menyelimuti hati. Hal pertama yang terpikir saat sadar ialah kepergian masa-masa indah. Yang satu per satu mengatakan selamat tinggal dan mendamparkanku bersama masa ini. Masa yang sarat dengan upaya keras, peluh,...

Desainer Grafis 2

Video yang pernah aku tonton kurang lebih setahun lalu itu hari ini aku tonton kembali. Tangan Belang, demikian nama pengunggahnya di Youtube. Nama yang tidak aku suka. Tapi videonya yang aku tonton ini tidak bisa dibilang aku menyukainya. Lebih dari itu, aku memegangnya sebagai pedoman--dalam aktivitas desain grafis. Judul videonya "Mengerti Desain dalam 18 Menit Saja". Si Tangan Belang ini mengaku bukan seorang yang ahli dalam bidang desain. Tapi tidak perlu khawatir, materi yang disampaikan worth it. Tidak percaya? Coba aja setelah nonton video itu kalian praktekin. Oh, iya. Materi tersebut aku kira masih dalam taraf dasar. Jadi, buat yang Pro barangkali sudah mengerti bisa skip. Aku sendiri sudah mempraktekan. Dan sekarang aku mencoba mereview, karena dari hasil menontonku yang pertama pasti tidak ingat secara tepat semua yang disampaikan Si Tangan Belang. Seperti soal elemen desain, aku jadi lebih kuat lagi membangun materi itu dalam ingatan. Elemen desain; terasa asing ...

Desainer Grafis

Tak pernah terbesit keinginan untuk aku menjadi desainer grafis atau minimal menaruh minat pada desain grafis. Bahkan ada serpih-serpih wawasan empiris yang membentuk jembatan menuju aktivitas mendesain seperti sekarang pun tidak. Berbeda misal dengan minat musik. Aku sudah mendapatkan kesenangannya sejak usia sepuluh tahun. Waktu itu masih sekolah MI (setingkat SD). Yah, walaupun masih sekadar nyanyi2. Sebelum akhirnya keturutan bisa belajar gitar di akhir masa SMK. Nah, keinginan belajar gitar ini sudah ada sejak SMP. Desain grafis? Sangat jauh dari jangkauan pikiranku waktu itu. Hanya saja, memang aku suka menggambar. Tapi itu pun berhenti setelah lulus SMP. Soal kenapanya ada di bawah. Aku ingin menerangkan dulu kalau menggambar mungkin satu-satunya cikal-bakal kenapa aku sampai di minat desain grafis. Secara tidak langsung walaupun sulit disadari, desain grafis lah sebetulnya pelarian yang tepat atas minat menggambarku--yang tidak terbina dengan baik. Hasil karya tanganku tidak be...