Desainer Grafis

Tak pernah terbesit keinginan untuk aku menjadi desainer grafis atau minimal menaruh minat pada desain grafis. Bahkan ada serpih-serpih wawasan empiris yang membentuk jembatan menuju aktivitas mendesain seperti sekarang pun tidak.

Berbeda misal dengan minat musik. Aku sudah mendapatkan kesenangannya sejak usia sepuluh tahun. Waktu itu masih sekolah MI (setingkat SD). Yah, walaupun masih sekadar nyanyi2. Sebelum akhirnya keturutan bisa belajar gitar di akhir masa SMK. Nah, keinginan belajar gitar ini sudah ada sejak SMP.

Desain grafis? Sangat jauh dari jangkauan pikiranku waktu itu. Hanya saja, memang aku suka menggambar. Tapi itu pun berhenti setelah lulus SMP. Soal kenapanya ada di bawah. Aku ingin menerangkan dulu kalau menggambar mungkin satu-satunya cikal-bakal kenapa aku sampai di minat desain grafis.

Secara tidak langsung walaupun sulit disadari, desain grafis lah sebetulnya pelarian yang tepat atas minat menggambarku--yang tidak terbina dengan baik. Hasil karya tanganku tidak begitu bagus dalam lukisan di kertas. Dan inilah alasan kenapa aku berhenti "corat-coret". Nah, hal itu bisa diatasi dengan mouse dan keyboard serta tools yang ada di software komputer.


Langkah Pertama

Pertanyaannya kemudian, kapan aku meniti langkah pertamanya? Saat himbauan untuk "Di Rumah Aja" merata di Indonesia. Saat-saat itulah jari-jari tanganku mulai menggesar-geser objek demi objek agar enak dipandang waktu meluncur ke layar-layar orang lain.

Kapan yang kedua dan mungkin sebetulnya ini kapan yang lebih tepat disebut sebagai langkah awalku mendesain. Yaitu ketika di periode kedua aku berada di struktural PMII (nama organisasi mahasiswa). Tuntutan kebutuhan pamflet mendorongku menggunakan aplikasi Canva di HP.

Sampai akhirnya Canva tidak bisa memenuhi kebutuhan konsep dan imajinasi dalam pikiranku dalam membuat pamflet. Sehingga melalui tutorial2 Youtube aku belajar Corel Draw. Sedikit demi sedikit mulai akrablah dengan software desain sejuta umat itu.


Next Level

Sebetulnya aku ini tidak jago-jago amat mendesain termasuk dengan menggunakan Corel. Sama sekali aku tidak pernah ikut kelas/pelatihan desain. Jadi, tentu saja ada kelemahan tertentu dalam memanfaatkan tools di dalamnya.

Tutorial Youtube sampai sekarang masih menjadi andalan ketika butuh membuat desain-desain yang aku lihat di media sosial seperti Instagram. Selain memantau style-style desain yang keren, melalui Instagram pula aku belajar lebih dari "menempel" objek-objek di atas kanvas digital.

Hal inilah yang kadang tidak dipelajari oleh orang-orang yang sudah bisa menggunakan Corel Draw atau aplikasi-aplikasi lain yang sekarang mempermudah orang dalam membuat pamflet seperti Canva dan Pixellab.

Orang-orang itu sekadar menempel tanpa menggunakan prinsip-prinsip yang ada. Oke, aku tidak memakai istilah "prinsip" karena barangkali ada yang menyela pendapat kalau prinsip orang beda-beda.

Aku sebut saja sebagai optimalisasi grafis. Maksudnya gimana? Begini. Bahwa objek-objek termasuk text yang kita tempelkan di kanvas bisa optimal keberadaannya. Ini menyangkut mengenai; pertama, hal penting apa yang mau kita sampaikan. Kedua, kesan seperti apa yang mau kita perlihatkan. Ketiga, image yang mau kita bangun.

Sudah banyak expert2 di Instagram yang memberikan tips-tips agar desain grafis optimal khususnya untuk keperluan dalam dunia maya, medsos. Antara lain yang sudah saya dapat yaitu soal hierarki. Ini terkait dengan poin pertama di atas. Bagaimana misalnya ukuran dan penempatan font bisa digunakan untuk menunjukkan tingkat importance-nya. Dan masih banyak lagi yang lain.

Belakangan kalau aku amati, mereka yang dibilang jago desain (bisa menggunakan tools aplikasi) tapi kok hasil karyanya tidak enak dipandang dan sulit dipahami pesannya, itu mereka yang bergelut di pekerjaan percetakan. Karena biasanya mereka diminta membuat desain spanduk atau pamflet sesuai pesanan yang jumlahnya banyak. Sehingga asal jadi aja.

Beda dengan mereka yang mendesain untuk tujuan membranding sebuah organisasi atau perusahaan, komunitas, lembaga, dan seterusnya. Maka, yang diutamakan adalah optimalisasi tadi.

Kalau aku lebih suka yang kedua. Dan semoga tidak tercebur ke jenis desainer grafis yang pertama.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Keusilan Hujan

Baskara dan Suicide Idea