Posts

Showing posts from April, 2025

Bukankah Kita Masih Muda?

Agak susah merumuskan perasaan satu ini. Kondisinya: usia hampir 30 tahun dan lajang, melihat banyak kawan yang sudah menggendong anak. Di facebook story aku mendapati seorang kawan sudah punya dua momongan. Potretnya berempat, bersama istrinya juga. Aku bertanya-tanya pada diriku: lho, sudah bapak-bapak? Bukankah aku, juga kamu masih muda, kawan? Entah apa jawaban kawanku kalau pertanyaan itu dilempar padanya. Yang jelas dari apa yang terpampang, ia dan keluarganya bahagia. Aku yang lajang ini menanggapi dari sudutku sendiri bahwa ia dipaksa menjadi tua. Haha. Terang saja pandangan tersebut akan disangkalnya. Lagi. Di sepanjang jalan dukuh di mana masa kecilku sampai usia 19 tahun menapak. Rumah-rumah satu-dua telah berubah wajah. Juga anak-anak kecilnya tampak sangat asing, yang masih terbayang (mungkin juga masih menginginkan) anak-anak kecil itu adalah anak yang ketika aku kelas 5 merekalah kelas 2 nya. Dulu rasanya selisih 3 tahun sudah seakan terpaut jauh. Padahal sekarang yang l...

Reffaneda Tingkat Lanjut

Malam Rabu kemarin saya ikut manggung lagi bareng Reffaneda, grup musik yang berasal dari UKM Seni di kampusku. Walaupun sudah tidak lagi aktif di sana keterampilan main gitarku yang di bawah standar ini tetap dipakai. Itu karena kampusku itu kecil, mahasiswanya sedikit, tidak ada bibit-bibit gitaris baru. Kalaupun ada, pasti tidak difasilitasi. Sejauh ini aku membersamai penampilan setiap generasi Reffaneda. Khususnya vokalis, ya. Karena pergantian personilnya yang pasti di grup itu adalah vokalis. Juga pemain drum akustik (kajon). Gitaris kalau tidak aku ya dicarikan dari luar. Pemain organ dari dulu satu orang yang sama dan bukan dari mahasiswa kampusku. Sedangkan (mahasiswa) yang sekarang aktif di Reffaneda, atau yang kemarin mengisi di penampilan ada tiga orang: satu laki-laki dan dua perempuan. Ketiganya vokalis, dua merangkap MC (untuk acara tamu di pernikahan). Usianya masih sangat muda. Seorang vokalis perempuan memberi warna baru di situ. Ia memang berbakat jadi penyanyi. Khu...

Izul, Ferry, dan Habibie

Kalau Izul memiripkan wajahnya dengan Ferry Irwandi, maka saya tidak. Saya memiripkan Ferry Irwandi dengan B.J. Habibie. Izul pasti bertanya, kok bisa? Orde Baru- seperti saya dengar dari Emha Ainun Najib- banyak menggeser kata sehingga menjadi halus (eufimisme). Saya kira begitu pula ketika ICMI "beraksi" di tahun 90an. Melaui ICMI, lebih mengerucut lagi melalui B.J. Habibie, umat Islam hendak diatur supaya tidak memakai kata "perjuangan" tapi diganti dengan "pekerja". Karena "perjuangan" Islam dinilai ngeri. Di negara Timur Tengah yang masih berkutat dengan senjata kata itu cocok, tapi di Indonesia yang sudah memasuki era "pembangunan" pada waktu itu, yang dibutuhkan adalah keuletan, ketekunan, rajin. Oleh karenanya "perjuangan" Islam diganti dengan "pekerja" Islam. Belakangan, Ferry Irwandi lewat videonya menyampaikan bahwa negara ini masih banyak PR di berbagai sektor, lalu untuk apa bikin geger dengan RUU TNI? K...

Purwokerto

Purwokerto. Senang sekali rasanya karena akhirnya bisa mengunjungi "kota" itu. Cukup mengesankan parasnya. Tapi mungkin yang lebih menarik ialah karena dalam pikiranku sudah membentuk lebih dulu citra Purwokerto. Sebuah daerah yang sebenarnya secara administratif bukan kota. Purwokerto adalah bagian dari Kabupaten Banyumas. Hanya saja, hampir semua orang mengenalnya sebagai satu kota tersendiri. Sebab memang di situ banyak tempat "branded" dan dari situ pula lahir beberapa tokoh ternama. Aku ambil contoh saja, ada Wira Negara, seorang stand up comedian yang berasal dari Purwokerto. Pahlawan nasional ternama pun ada yang tertaut dengan Purwokerto, yaitu Jenderal Sudirman. Namun, hanya satu tempat yang aku kunjungi. Itu pun hanya sampai halaman depannya. Aku ke Keuskupan Purwokerto. Ya, selain curug, tempat itu yang paling menarik bagiku. Lalu, apa yang aku lakukan di sana? Sebelum itu, pertanyaannya adalah bersama siapa aku ke sana? Karena ini penting. Dan ini akan b...