Bukankah Kita Masih Muda?
Agak susah merumuskan perasaan satu ini. Kondisinya: usia hampir 30 tahun dan lajang, melihat banyak kawan yang sudah menggendong anak.
Di facebook story aku mendapati seorang kawan sudah punya dua momongan. Potretnya berempat, bersama istrinya juga. Aku bertanya-tanya pada diriku: lho, sudah bapak-bapak? Bukankah aku, juga kamu masih muda, kawan?
Entah apa jawaban kawanku kalau pertanyaan itu dilempar padanya. Yang jelas dari apa yang terpampang, ia dan keluarganya bahagia. Aku yang lajang ini menanggapi dari sudutku sendiri bahwa ia dipaksa menjadi tua. Haha. Terang saja pandangan tersebut akan disangkalnya.
Lagi. Di sepanjang jalan dukuh di mana masa kecilku sampai usia 19 tahun menapak. Rumah-rumah satu-dua telah berubah wajah. Juga anak-anak kecilnya tampak sangat asing, yang masih terbayang (mungkin juga masih menginginkan) anak-anak kecil itu adalah anak yang ketika aku kelas 5 merekalah kelas 2 nya. Dulu rasanya selisih 3 tahun sudah seakan terpaut jauh. Padahal sekarang yang lebih muda dariku itu badannya sudah setinggi 1,5 meter.
Serta kawan-kawanku yang dulu bareng main kelereng di tanah sekitar yang luas yang sekarang sudah didirikan rumah-rumah, dari mereka sudah banyak menjadi suami juga bapak. Yang perempuan pun telah menjadi istri juga ibu. Lalu, kulihat di sana laki-laki yang dulu tak bermain kelereng bersamaku, berjalan menghempas debu, bercelana pendek, berkaos, siapa dia? Keberadaanku pun kelak akan dipertanyakan pribumi asli suatu dukuh atau suatu jalan, siapa dia?
Comments
Post a Comment