Ramah-Tamah di Hari Kematian
Tak cuma dalam pernikahan, manusia pun di hari kematiannya butuh ramah-tamah. Terdengar tidak masuk logika berpikir dalam lingkup kultur masyarakat sini. Tapi bisa jadi ada dalam tradisi masyarakat sana. Misal pun tidak, maka premis tersebut biarlah jadi perenungan kita. Jika tak cukup patut sebagai bahan merenung, tidak apa-apa, biarkanlah berlalu seperti obrolan pelipur sedih oleh tamu yang datang semalam sebelum seonggok jenazah di ruang depan itu dikuburkan. Saudaraku, sepupu dari ibu, meninggal dunia kemarin. Perempuan muda belia, kata bapak kyai penyambung lidah empunya musibah di masjid menjelang jenazah disholatkan. Saudaraku itu perempuan pendiam yang baik. Karena kata bapak kyai ada orang pendiam yang di dalam hatinya menyimpan rasa dengki. Aku ini jarang melayat orang meninggal khususnya di kampungku sendiri. Namun berbeda ketika yang meninggal selama hidupnya cukup dekat denganku. Tanpa diminta aku akan melayat dan mendoakannya di hari kematiannya. Kala itu pula aku yang te...