Pemalas Banyak Mau

Ngga nyangka apa yang dikatakan Pandji Pragiwaksono di podcast Rintik Obrolan terngiang di pikiranku cukup lama. Berulang-ulang muncul. Sampai aku menulis ini. So, thank you, Pandji. Dia bilang, "Kaya itu dampak dari lu melakukan sesuatu dengan sangat baik."

Makdeg. Kalimat itu masuk menukik ke dalam alam bawah sadarku. Persis dua hal tersebut, yaitu "kaya" dan "sesuatu" menjadi misteri dalam perjalanan hidup seseorang yang telah menghabiskan waktu tiga dekade ini. Serta apa yang telah diperoleh selama kurun waktu itu terasa begitu jauh dari cita-cita. Dan tentu saja berkaitan pula dengan kualitas hidup yang berbanding lurus dengan kondisi finansial.

Berkaca kepada orang-orang yang seusia denganku- terlepas dari privilese- banyak dari mereka telah menghasilkan karya yang luar biasa. Di era banjir akses ini banyak sekali manusia produktif muncul dengan bakat masing-masing, dan tak cuma-cuma, dari sana pulalah akhirnya pundi-pundi uang dapat dikumpulkan.

Namun, kata Pandji ada orang yang mau sukses tapi dia ngga melakukan apa yang dibutuhkan untuk sukses. Pandji menyebutnya pemalas banyak mau. Lalu aku merenung, jangan-jangan aku pemalas? Apa iya? Dengan giatnya aku bekerja pagi, siang bahkan bablas sampai malam apa aku masuk golongan pemalas?

Sementara aku berhenti di pertanyaan itu, yang jika aku melangkah lagi maka akan tiba pada pernyataan (atau kenyataan?): kondisi ekonomiku tak pernah mejadikanku bisa membeli rumah, mobil, dan segala kepantasan untuk hidup di era kapital akut ini. Aku tida berputus asa. Setidaknya Tuhan memberiku seperangkat tubuh yang bisa aku jual untuk membeli semua itu.

Comments

Popular posts from this blog

Jose

Purwokerto

Mimpi