Nyelonong dan Tiba-Tiba
Pikiranku kalut. Tenggorokanku sakit berlarut. Sudah seminggu lamanya tidak mereda sakitnya, aku sebut sakit saja walaupun ini tidak seperti batuk yang teramat mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, aku jadi selalu kepikiran karena di hari pertama bulan November kekasihku akan datang. Sakit tenggorokan ini kenapa sih nyelonong dan tiba-tiba?
Malam Kamis. Hampir pukul sembilan malam. Aku masih di kantor. Niat mau makan di warung Pak Dhirin, dekat bangjo Ponolawen itu. Tapi tidak jadi, karena ketika aku ke sana lempeng-lempeng kayu penutup jendela masih menghalangi apa yang ada di dalam warung. Tanpa putar balik, sepeda motor aku bawa ke arah barat melewati bangjo, kemudian belok ke arah lapangan Mataram dan tiba di tempat makan alternatif, Warung Lingsir Wengi.
Menu sudah kupesan. Nasi megono pakai telor ceplok santan. Kusantap. Makanan masuk mulut, lalu kutelan, tidak ada angin tidak ada hujan, kok sakit ya tenggorokanku waktu menelan? Seketika aku tidak tenang. Tidak habis pikir sakit tenggorokan datang semendadak itu.
Kembali ke kantor lagi. Aku melamun dan memilih tidak pulang. Selain karena agar besoknya sarapan bubur kacang ijo yang gampang ditelan (di rumah pasti nasi), juga karena aku shocked dengan kondisi itu. Sampai sekarang.
Kurang lebih jam 11 malam setelah berlama meratap di atas kursi kayu panjang, aku beli obat di apotek K24. Tiga butir pil aku habiskan. Dan tidak mereda sakitnya. Berselang sehari aku beli obat lain di apotek yang berbeda. Dua pil dan satu kapsul untuk enam kali minum aku beli. Dan sampai hari berikutnya habis.
Satu kali minum yang terakhir setelahnya entah kenapa tiba-tiba kaki kananku jadi kesemutan. Aku tidak tahu karena obat tersebut atau bukan. Yang jelas aku cemas lalu pergi ke tukang pijat, berusaha agar keluhan itu cepat reda. Aku bersyukur kakiku sudah baikan. Sekarang kecemasanku kembali pada tenggorokan. Aku kepikiran terus sampai tidak bisa tidur.
Comments
Post a Comment