Kenapa Pengen Punya Mobil?
Isu ekologi menjadi isu yang sangat aku perhatikan. Meskipun sedikit pengetahuanku tentang misalnya tumbuh-tumbuhan, fauna, dan ekosistem di sekeliling manusia, paling tidak aku merasa tidak sampai hati bila harus menerima kantong plastik sekali pakai ketika membeli sesuatu dari penjualnya. Bahkan melihat orang begitu tenangnya membeli es teh dengan wadah gelas plastik yang dibungkus kantong plastik aku "mbatin", kenapa ya mereka tidak menolak minimal kantong plastiknya?
Selain itu, keadaan Bumi yang kian memanas juga mengusik pikiranku, aku resah namun tidak tahu bagaimana mengatasinya. Setiap hari aku tidak bisa bahkan menjadi tidak mungkin jika harus jalan kaki atau naik sepeda ke tempat kerjaku, ke tempat teman-temanku, pergi ke acara komunitas. Aku selalu butuh sepeda motor untuk mencapai tujuan-tujuan tadi. Namun, aku ingin punya mobil. Mengapa?
Dipikir-pikir aku rugi sudah berusaha atau memikirkan tentang bagaimana cara meminimalisir pemanasan global. Sedangkan orang lain begitu enaknya tanpa beban yang sama melintas di jalan dengan mobil bagus kesayangannya. Pun setiap saat pabrik mobil mengeluarkan produk baru yang bagi mereka membeli barang ratusan juta tersebut sudah seperti membeli sayur. Tak ada urusan dengan global warming, tak ada urusan dengan kerusakan lingkungan.
Dari situlah aku memutuskan harus punya mobil. Sebenarnya potensi pendapatanku saat ini sangat minim untuk bisa membeli mobil. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masih kembang-kempis. Tapi... sekadar membuat pilihan tidak masalah, kan?
Lalu, selama ini sebagai pengendara roda dua aku kesal dengan privilese pengendara mobil. Mobil umumnya berukuran dua kali ukuran sepeda motor. Dengan demikian ketika aku membawa sepeda motor pas sedang terburu-buru hal itu sangat menggangguku. Maka aku pun berhak mendapat privilese tersebut.
Yang satu ini apa privilese atau bukan aku kurang yakin. Keadaan tata ruang publik yang tidak teratur membuat mobil tidak selalu mendapatkan tempat parkir yang memadai sehingga keberadaannya menghalangi kendaraan lainnya yang mau lewat kemudian dapat mengakibatkan kemacetan. Tapi, menyalahkan pemilik mobil lebih buruk daripada menyalahkan orang yang bertugas menata ruang publik. Pemilik mobil: mau parkir di mana lagi?
Comments
Post a Comment