Tuhan, Aku Pasrah

Tuhan, sungguh aku tidak paham maksud kehidupan dunia ini. Mengapa sarat penderitaan? Apa benar kata Budha bahwa hidup ini adalah penderitaan? Bagian demi bagian perjalanannya kuamati selalu berhilir pada kegagalan, lebih tepatnya gagal dalam berkeputusan.

Beberapa kuingat. Sewaktu lulus dari SMP aku pikir aku salah memutuskan untuk melanjutkan ke SMK dengan jurusan otomotif. Itu aku sadari setelah berminggu-minggu menginjak lantai kelas dan berjalan berkitar-kitar di sana. Namun, aku memilih untuk terus menikmatinya.

Dalam pekerjaan. Lagi-lagi aku memutuskan hal yang salah pun berisiko, untuk kehidupanku lebih dari tujuh tahun setelahnya. Tujuh tahun aku menghabiskan waktu untuk latihan mental. Barangkali juga sudah terserang sakit mental.

Tentu aku tidak akan lupa ayat dalam Kitab Suci bahwa kenikmatan yang Engkau berikan sesungguhnya amatlah banyak sampai manusia tidak akan mampu menghitungnya. Maka, aku tidak boleh menebali kata "penderitaan" itu. Sehingga mengecilkan nikmat-nikmat yang ada.

Namun, Tuhan, sekarang aku pun mengalami lagi. Dan aku seperti biasa memilih untuk menikmatinya. Persis, menikmati, nikmat. Barangkali memang ini pula nikmat, bukan derita. Aku pasrahkan sisa usiaku yang entah berapa satuan waktu lagi, aku pasrah menjalani satu bagian hidup ini. Entah sakit raga atau jiwa. Jika pun aku salah telah bertindak demikian yang menyakiti diri sendiri dan balasannya neraka, aku pun telah ridha mulai dari saat ini juga. Sebab aku lemah dan tidak berdaya.

Comments

Popular posts from this blog

Jose

Purwokerto

Mimpi