Milenial Sandwich

Sebenarnya bantalan sosial itu tidak seberapa. Tapi memang bisa dipakai untuk membandingkan antara kelas ekonomi bawah dengan kelas menengah. Pemerintah memberikan bantuan tersebut untuk sekadar penerimanya bisa terpenuhi kebutuhan pokoknya. Kelas menengah dalam hal kebutuhan pokok sudah tidak perlu khawatir. Tapi itu ketika kondisi ekonomi baik-baik saja. Andai kata sebaliknya bagaimana? Tentu mereka akan memutar otak. Kelas menengah pasti akan mencari cara bagaimana agar dapat bertahan, meski tanpa bansos. Tapi salah satu caranya jangan sampai mendaftarkan diri sebagai warga tidak mampu, ya.

Hari ini aku membaca cerita dari Jose (membaca, karena lewat chat). Setelah beberapa bulan kenal aku baru tahu kalau Jose itu "sandwich", atau apa ya istilahnya yang tepat? Jadi, dalam keluarganya dia harus menanggung beban kebutuhan rumah. Aku tidak tahu persisnya apa saja. Yang jelas pagi tadi dia cerita kalau uang gajinya tersita banyak untuk bayar tagihan listrik dan PDAM. Sementara dia juga harus menanggung angsuran pinjaman yang dibagi dengan kakaknya. Hanya saja bagian Jose lebih banyak.

Jose ini kelas menengah. Namun dengan kondisi ekonomi di level keluarga yang demikian saja, belum ditambah kondisi ekonomi nasional yang buruk, dia sudah kelimpungan. Kalau tidak pandai-pandai mengatur emosi bisa stress. Tapi apa negara mengurusi persoalan sejauh itu, selain memikirkan berapa banyak bansos untuk kelas bawah?

Kata dr. Tirta Mandira, gen milenial itu kuat-kuat. Tidak punya anxiety. Tapi nyatanya seperti Jose yang gen milenial mendapat ancaman mental illness dari masalah ekonominya yang demikian. Justru milenial itu generasi perbatasan antara gen Z dan gen X. Tidak hanya dalam keuntungan digitalisasi tapi juga irisan perilaku antara keduanya di era digital ini. Milenial bisa terancam anxiety oleh karena medsos sebagaimana gen Z, milenial juga bisa terancam anxiety oleh beban pekerjaan sebagaimana gen X.

Tentu aku tidak sedang membicarakan pengusaha. Persoalan ekonomi yang kusebut tidak dialami oleh pengusaha atau pemilik modal. Adalah buruh yang hanya menukar tenaganya dengan upah. Butuh berapa lama seseorang yang bekerja sebagai buruh- bergaji pas-pasan yang ludes sebelum satu bulan berlalu- untuk mengumpulkan uang guna membeli rumah dan merasakan hidup sejahtera? Berat jika seperti itu terus. Milenial-milenial buruh yang tergolong produktif lari ke mana produktivitasnya (dan waktunya) kita tahu. Jika seperti itu terus maka seseorang menjadi manusia yang hidup di dunia akan sia-sia. Numpang lewat saja.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Keusilan Hujan

Baskara dan Suicide Idea