Datang di Perayaan Imlek

Aku datang ke acara perayaan Imlek di klenteng Poan Thian, tepatnya di hari kelima belas tahun ular ini. Baru pertama kali ini seumur hidup. Meriah sekali dan sangat mengesankan.

Tidak sembarang fase hidup dapat menjadi dorongan untuk aku datang ke event tahunan tersebut. Aku di lima tahun ke belakang belum tentu sesemangat Rabu malam kemarin untuk melangkah menyusuri jalan Binagriya hingga jalan Belimbing.

Di fase ini, secara pemikiran aku sedang condong kepada Gus Dur bersama dengan GUSDURian dan segala ruang lingkupnya. Seperti kita tahu Gus Dur dikenal sebagai Bapak Tionghoa Indonesia. Sehingga aku sebagai GUSDURian sangat tertarik ketika temanku menghubungiku untuk menyusulnya ke klenteng.

Kebetulan temanku kerja untuk orang cindo. Seorang rekan kerjanya yang selalu bersama dia pun seorang kokoh-kokoh. Belakangan aku akrab dengan si kokohnya. Stigma orang sini terhadap cindo adalah mereka orangnya kaya-kaya. Padahal tidak semuanya. Contohnya si kokoh ini. Tapi, meskipun hanya sebagai pekerja biasa, mental bisnis si kokoh ini perlu diacungi jempol. Sehingga stigmaku ke orang cindo itu bukan mereka kaya-kaya, melainkan berotak bisnis. Money orientednya ngga kaleng-kaleng.

Di dalam gedung semacam auditorium, bersebelahan dengan bangunan sembahyang Tri Dharma (Budha, Konghucu, Tao), panggung perayaan Imlek itu berada. Aku duduk bersama temanku dan bosnya. Si kokoh tadi tidak ikut duduk bersama kami. Aku tidak tahu kenapa.

Aku senang bisa hadir dan menyaksikan pertunjukkan demi pertunjukkan di atas panggung yang dipenuhi warna merah. Namun tak sebatas menikmati nyanyian dan tarian, aku juga membayangkan bagaimana perayaan Imlek di era diskriminasi atas orang-orang Tionghoa. Betapa pasti tak dapat semeriah ini dan tentu tidak mungkin terbuka. Karena pemerintah melarang.

Tak semua pemandangan di depanku membuatku senang. Di pertengahan acara datanglah wali kota Pekalongan. Setelah berjabat tangan ia lalu duduk di kursi depan yang ditata melingkar bersama para pejabat lain. Tak lama ada pengusaha tionghoa yang semula duduk di kursi melingkar yang lain, mendekat ke wali kota dan duduk bersisian.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Keusilan Hujan

Baskara dan Suicide Idea