Multitasking

Jadi, hari Minggu kemarin itu kami- lebih tepatnya saya- menggelar acara Memperingati Haul Gus Dur ke-15. Kami, artinya saya dan teman-teman Komunitas GUSDURian (KGD), bersama-sama menyukseskan acara tersebut. Sedangkan saya sendiri di sini dengan nekat menarik gas agar acara ini berjalan, tanpa memakai susunan kepanitiaan.

Walhasil sangat repot. Dari persiapannya bahkan sampai pas acara. Bayangkan, satu orang merangkap peran jadi MC, pemandu lagu Indonesia Raya, plus moderator! Bagi saya tidak masalah karena syukurnya saya sudah terbiasa dengan format standar acara seperti apa. Tapi bagi audien saya yakin- meskipun tidak diungkapkan- mereka melihatnya agak aneh.

Namun terus terang saya tidak menghendaki hal demikian. Secara keseluruhan dari persiapan sampai acara selesai saya ingin ada bagi peran. Lalu mengapa sampai terjadi? Pertama, saya geram dengan teman-teman KGD yang sepertinya terbawa kultur organisasi yang instruktif di satu sisi, dan kurang bergairah dalam mewujudkan gerakan-gerakan di sisi lainnya. Yang terakhir ini boleh jadi dipengaruhi oleh faktor yang pertama.

Kedua, saya ingin menguji seberapa jauh karakteristik fleksibel yang melekat pada komunitas bisa dipraktikkan. Sekaligus ingin menunjukkan- terlepas dari sukses atau tidak- bahwa tidak perlu menunggu orang lain untuk membuat acara terselenggara. Selagi baik lakukan saja. Apalagi pada dasarnya teman-teman saya itu mau acara ini terselenggara. Hanya saja mungkin mental "menunggu yang lain" masih ada. Juga kultur organisasi tadi.

Dan acara selesai. Bersyukur itu pasti. Yang datang lumayan banyak lah. Tapi, ya biasa saja. Orang sudah pernah melakukan (membuat acara serupa) sebelumnya. Selepas acara ada yang bilang salah satu peserta bilang ada yang kurang, yaitu daftar hadir peserta. Sebenarnya sudah terpikir soal itu. Tapi, biar sajalah.

Teman saya mendokumentasikan beberapa sesi acara dengan kamera video. Tentu saja banyak gambar saya. Karena dari awal saya sudah di depan. Berbicara kepada audien. Saya dengarkan intonasi bicara saya sendiri di hasil rekaman video. Juga mimik muka saya. Benar-benar itu orang hanya modal terjang saja. Ketika ngomong di depan orang banyak kemarin saya merasa apa yang saya omongkan itu sudah baik-baik saja. Kenyataannya sarat buffering. Semoga saja saya tidak kapok.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Keusilan Hujan

Baskara dan Suicide Idea