Tafsir Melankolia

Obeng, gunting, pisau seperti menghela tanganku untuk menggapainya. Bujukan mereka hanya tiba pada batas sebelum memasuki ruang sadar dengan berbagai referensi tentang akibat buruk dari, semisal ujung tajam besi itu kutekan perlahan di atas perut sisi kiri.


Yang pertama sudah terang yaitu kesakitan dengan lirih-keras jerit. Lalu, orang-orang terdekatku akan turut terguncang jiwanya setelah aku dipastikan mengalami guncangan selepas melakukan itu. Terakhir, penyesalan maha dahsyat sudah bersiap, untuk menakuti dengan memberikan bayangan dosa. Entah kapan bagian itu diterima, kala separuh melayang atau ketika gelap memenuhi sekitar.

Obeng, gunting, pisau tetap rebah di atas masing-masing peraduannya, setelah aku campakkan dengan kekosongan yang terisi melankolia, sehabis ruang utama dalam kepala dipenuhi semut bersayap yang terbang ke sana - kemari. Sampai bertanya, apa ini mimpi? Karena kenyataan seharusnya tak seabnormal sekarang. Minimal ukuran normalitas (atau lebih mirip ekspektasi) waktu baru sebulan - dua bulan dari pengumuman ujian nasional.

Terlantun lamat-lamat di sela udara: murung itu sungguh indah... melambatkan butir darah. Dan benar aku menikmati kegundahan ini. Segala denyutnya tentu bebas aku tafsiri untuk ia merobek sepi atau merobek realitas saja. Siapa tahu ada realitas yang lebih baik--seandainya aku tahu akan secentang-perenang sekarang-- di baliknya. Sebagaimana Yesus yang didera hukuman dan mati, akankah kebangkitan itu selalu ada dalam setiap kesakitannya?

Orang tahu apa. Orang hanya paham bahasa sebagai buah mufakat. Sedangkan ini puisi yang sarat privasi. Puisi punya hak untuk ada, meski orang tak sejalan dengan setiap baris kalimatnya yang mengalir dan menyimpan makna. Serupa air yang tak berdosa kemudian tercipta petaka darinya. Begitu puisiku yang orang sulit tahu.

Comments

Popular posts from this blog

Mendengarkan Cerita dari Seorang Manusia Lelaki (Sebuah Cerpen)

Ruangan yang Membungkus Si Pemuda (Sebuah Cerpen)

Menikmati Sekaligus Mempelajari Cerita Fiksi (Sebuah Resensi)