Pengabdi Negara

Jika bukan negara yang mempersulit, maka para pengabdi negaranya yang pikirannya terkurung dalam penjara ketakutan. Ketakutan itu bermotif egosentris, mementingkan dirinya. Yang penting dirinya dan pemasukannya aman sampai pensiun nanti. Peduli setan dengan kesusahan orang.


Pikiran mereka berjarak dengan logika. Benar atau salah menurut intruksi. Bekerja sesuai juklak. Enak memang seperti itu. Kebaikan yang mereka kenal hanyalah pahala. Yang bisa didapat dari sujud, derma untuk masjid, pokoknya menyukai hal-hal berbau akhirat. Mereka senang berlari-lari mengejar Surga. Pengen hidup enak pikirnya, hidup sejahtera, berkecukupan, aman (lagi) di sana karena semasa di dunia rajin menjalankan perintah Tuhan dan atasan juga barangkali.

Tentu saja aku tidak bisa menentukan akan masuk Surga atau tidaknya seseorang. Hanya saja, realitanya sekarang adalah dunia, bukan akhirat. Yang berisi banyak manusia, yang sebagian mereka sedang mengalami kesusahan dalam suatu hal. Bisa jadi ekonomi, bisa jadi pendidikan, kesehatan, urusan administrasi untuk mendapat pendidikan, kesehatan, dan hak-hak lain sebagai manusia--dengan layak.

Comments

Popular posts from this blog

Mendengarkan Cerita dari Seorang Manusia Lelaki (Sebuah Cerpen)

Ruangan yang Membungkus Si Pemuda (Sebuah Cerpen)

Menikmati Sekaligus Mempelajari Cerita Fiksi (Sebuah Resensi)