Spoiler Cerpen Priyo Handoko - Mata Merah Pekat


Halo, para pembaca kehidupan. Selamat datang di Catatan Merah, blog sastra Indonesia.

Spoiler cerpen lagi, nih, kawan. Masih dari harian Jawa Pos. Spoiler kali ini berasal dari Mata Merah Pekat karya Priyo Handoko. Di pojok kanan bawah tertulis Pak Priyo ini mantan jurnalis (redaktur) Jawa Pos, sekarang jadi komisioner KPU Provinsi Kepulauan Riau.

Di rubrik Ruang Putih Jawa Pos edisi Minggu (29/3/2020) terpampang gambar wajah seorang wanita. Di bawahnya ada seorang lelaki dan satu lagi wanita. Serta dua benda; ponsel dan pisau. Di tepi atas dan bawah ada warna merah serupa darah.

Melihat gambar itu tentu dapat diterka ada tiga tokoh dalam cerpen ini. Tapi ketika membaca paragraf demi paragraf, saya jadi ragu, apa iya 3 tokoh?

Cerpen ini cukup bisa mengelabuhi pembaca. Pasalnya point of view yang dipakai samar-samar. Subjek yang nampak ialah "aku" dan "kamu". Akan tetapi sebenarnya ada "dia" yang tidak terlihat. "aku" dan "kamu" di sini bisa merujuk ke siapa saja, ke tokoh yang mana pun.

Sekilas cerita yang saya dapat tangkap adalah dua wanita yang menunggu lelaki yang sama. Wanita 1 ialah istrinya, wanita 2, dia bisa dikatakan selingkuhan lelaki itu. Wanita 1 menunggu di rumah mereka keluarganya. Wanita 2 menunggu entah di rumah siapa.

Wanita 2 yang selingkuhannya itu menunggu dengan sudah menyiapkan daging steak untuk makan malam. Sedang istrinya di rumah khawatir sang suami kenapa-kenapa di jalan. Tidak tahu kalau mobilnya sedang tidak baik jalannya, dan dia pulang kerja akan menghampiri si wanita 2.

Nasib buruk lain adalah ponsel lelaki itu tertinggal di meja kerjanya dan tanpa disadari istrinya ke tempat kerja suami untuk mengambil gaun yang akan dipakainya karena teringgal di mobil suami. Secara tersirat saya pahami bahwa selingkuhannya menelpon dan sang istri pergi menuju tempat tinggal wanita tersebut. Sang istri sampai di lokasi lebih dulu. Ketika sang suami sampai, tentu dia mendapati dua wanita di sana. Kagetnya ia dapati juga sebilah pisau berbercak (di dalam cerita dituliskan: bercak tak beraturan- kemungkinan besar yang dimaksud darah).

Selingkuhannya tewas. Lelaki itu langsung panik dan ketakutan.

Kira-kira seperti itu isi dari cerpen Priyo Handoko di atas. Ulasan tersebut tidak lebih dari sebuah opini. Membaca cerita Pak Priyo ini mungkin akan memunculkan banyak interpretasi. Jadi, barangkali teman-teman pembaca ada yang sudah membaca cerpennya langsung dan punya interpretasi yang berbeda, bisa teman-teman bagikan lewat komentar di bawah.
Sekian. Sampai jumpa di spoiler-spoiler berikutnya.
Wassalam.

Comments

Popular posts from this blog

Mendengarkan Cerita dari Seorang Manusia Lelaki (Sebuah Cerpen)

Ruangan yang Membungkus Si Pemuda (Sebuah Cerpen)

Menikmati Sekaligus Mempelajari Cerita Fiksi (Sebuah Resensi)