Spoiler Cerpen Mashdar Zainal - Lumatan Cabai di Wajah

Salam persahabatan, para pembaca kehidupan. Selamat datang di blog pribadi saya ini. Saya blogger pemula. Jadi santai saja. Tidak perlu risih atau kikuk menikmati apa yang saya sajikan.

Spoiler cerpen berikut adalah spoiler pertama dan kiriman kedua saya. Selamat menikmati...

Adalah konflik. Satu elemen itu yang terpenting dalam sebuah cerita. Tak usah pada karya sastra. Dalam sebuah obrolan pun sanggup membuat apa yang disampaikan menarik. Tentu saja dengan penyampaian yang menarik pula. Kata Muhidin Dahlan: untuk meraih simpati dalam pergaulan kuasailah banyak cerita. Untuk merebut hati pembaca, keluarkanlah kisah paling memukau. Kisah menjadi memukau kebanyakan dipengaruhi konflik yang tersusun apik mulai pengenalan sampai klimaks.

Cerpen yang berjudul Lumatan Cabai di Wajah oleh Mashdar Zainal, yang hari ini (22/3/2020) terpampang di rubrik Ruang Putih koran Jawa Pos menyuguhkan konflik yang cukup menarik. Jika dipetik satu-satu ada beberapa permasalahan dengan satu masalah inti yaitu: ketidaknyamanan dalam keluarga.

Di sini Tinah, tokoh utama sekaligus korbannya menanggung beban oleh orang-orang yang wajahnya digambarkan di lukisan pendukung cerpen Mashdar Zainal ini. Beban tersebut antara lain: suami yang pemarah dan mata keranjang, mertua yang galak, adik ipar yang tidak tahu diri, dan satu lagi masalah akan tetapi tidak menjadi begitu masalah bagi si tokoh tersebut, ia adalah anaknya yang mempunyai keterbatasan berbicara (sudah 7 tahun umurnya tapi masih belum dapat berbicara sebagaimana anak seusianya).

Alur dalam cerpen ini campuran (alur maju dan alur mundur). Diawali dengan adegan Tinah meraupi muka suaminya dengan sambal. Kemudian diikuti penjelasan/pengenalan masalah. Kemudian penulis menceritakan apa saja yang terjadi di rumah yang bagi Tinah mungkin seperti ruangan penyiksaan.

Yang menjadi sorotan di sini adalah seperti yang tertera pada judul. Ya, benar, "cabai" atau sambal. Mengapa sambal, berikutnya dijelaskan di dalam cerita. Hanya samballah sesuatu yang dipuji dan diakui dari sosok Tinah oleh orang-orang yang ada di rumah itu. Mereka tidak bisa makan tanpa sambal.

Sampai akhirnya kesabaran Tinah habis. Saat mertua dan adik iparnya pergi kondangan, suaminya pulang marah-marah karena makan siang saat itu hanya tempe-tahu saja, tanpa sambal. Dengan kemarahan yang sudah di ujung tanduk Tinah mengulek cabai. Alih-alih akan menghidangkan, Tinah malah meraupkannya di wajah si suami. Kebayang rasanya. Selepas itu Tinah langsung pergi meninggalkan rumah bersama anaknya.

Sekian. Terima kasih. Sampai jumpa lagi di spoiler berikutnya. Semoga minggu depan masih diberi kesempatan mengulas cerpen-cerpen yang lebih menarik. Dan semoga spoiler ini memberi manfaat bagi pembaca--walau sedikit.
Wasalam.

Comments

Popular posts from this blog

Mendengarkan Cerita dari Seorang Manusia Lelaki (Sebuah Cerpen)

Ruangan yang Membungkus Si Pemuda (Sebuah Cerpen)

Menikmati Sekaligus Mempelajari Cerita Fiksi (Sebuah Resensi)